Ini pertanyaan galau ya guys.
Sebenernya sudah setahun terakhir gue terdaftar sebagai peserta BPJS
Perusahaan (iuran gue dibayarkan oleh perusahaan tempat gue bekerja). Bedanya
dengan peserta BPJS Mandiri ada di besar iurannya. Jika peserta BPJS Mandiri
kelas 1 harus membayar iuran sebesar 80-90ribu per bulan per orang (info
terakhir yang gue dengar), maka peserta BPJS Perusahaan kelas 1 iurannya adalah
5% dari gaji.
Nah….5% persen itulah yang jadi biang kerok penyebab “kerusuhan” di
tempat gue kerja sejak sebulan yang lalu. Begini hitungan iuran per bulannya :
Untuk karyawan single : 5% x Gaji All In (pembayaran hanya untuk karyawan ybs)
Untuk karyawan
menikah : 5% x Gaji All In
(pembayaran karyawan ybs, istri, + 3 org anak)
Jadi, kalau ada 1 karyawan single vs 1 karyawan menikah (+ 3 anak)
yang gajinya sama besarnya, maka iuran yang dibayarkan oleh perusahaan juga
sama saja.
Misal gaji all in
adalah Rp 8.000.000
Untuk karyawan
single : 5% x 8.000.000 =
400.000/bulan
Untuk karyawan
menikah : 5% x 8.000.000 =
400.000/bulan
Untuk karyawan yang sudah menikah sih ga terlalu rugi ya, karena dia
bayar 400rb untuk 5 orang alias sekeluarga (jatohnya tetep aja 80rb per orang
kan).
Tapi buat yang single, (atau sudah menikah tapi belum punya anak, atau
hanya punya anak 1) dia bayar 400rb untuk dirinya sendiri! Gilak! Itu seharga
asuransi Prudential gue bo!!! Apakah fasilitas dan pelayanannya sama dengan
Prudential? JAAAUUUHHHHHH!!!!!
Kalo kita sakit dan perlu dirawat, lalu kita nunjukkin kartu
Prudential (atau asuransi lainnya), kita gak bakal diperlakukan layaknya rakyat
jelata berkasta rendah sama rumah sakit. Tapi kalo kita nunjukkin kartu BPJS,
siap-siap ngantri dari jam 6 pagi sampai jam 6 sore cuma buat dapet pelayanan
yang (jujur aja deh) jauh dari kata layak, obat yang gak manjur (pengalaman
pribadi adek gue), plus ribet bolak balik ngurus dokumen a, b, c, sampe z yang
gak ada habisnya (pengalaman temen kantor gue).
Masalah utama yang jadi penyebab “kerusuhan” di tempat gue kerja adalah
: karena iuran bulanan yang perusahaan bayarkan untuk keanggotaan karyawannya
gak notabene full dibayar oleh perusahaan, tapi diambil dari jatah pengobatan
karyawan. Jadi kalau selama ini kita punya hak “uang pengobatan” yang bisa kita
cairkan (reimburse kwitansi pengobatan), setelah jadi peserta BPJS itu jatah
pengobatan udah dipotong buat bayar BPJS. Lah abis dong?! Iya habis memang,
atau setidaknya berkurang banyak dari jatah yang seharusnya kita terima. Makanya
rusuh deh. Banyak yang pada protes gak mau jadi peserta BPJS, ada yang mau ikut
BPJS Mandiri aja (yang single terutama milih ini), dan berbagai jenis komplen
lainnya.
Perusahaan sih menyarankan agar karyawan memanfaatkan keanggotaan BPJS
sebaik-baiknya. Tapi apa benar bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya? Contoh nih gue
sendiri :
1.
Keanggotaan BPJS gue tuh hitungannya single karena
suami gue terdaftar terpisah (dan kami belum punya anak, masih di kandungan – gue
lagi hamil maksudnye).
2.
Iuran bulanan yang diambil dari “jatah
pengobatan” gue kurang lebih 400rb per bulan (seharga Prudential gue).
3.
Kalo gue periksa kandungan ke klinik tanpa BPJS
(bayar cash), rata-rata gue bayar 350rb (sudah termasuk periksa dokter,
vitamin, plus USG)
4.
Kalo gue periksa kandungan ke klinik pake kartu
BPJS, biaya gratis TAPIIII….. gue cuma diperiksa oleh Bidan (bukan dokter),
jenis vitamin yang dikasih beda (lower grade), dan tidak ada USG.
Lihat lagi point nomor 2 : iuran BPJS gue 400rb per bulan, sedangkan bayar dokter cash cuma 350rb
udah dapet paket lengkap.
Apa yang bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya? Yang ada gue merasa dimanfaatkan sama BPJS. Kalo gue periksa ke
bidan, paling banyak cuman habis 75ribu!!!
Memang, iuran BPJS itu ibarat subsidi silang buat yang tidak mampu,
itung-itung beramal. Tapi apakah orang tidak mampu seluruhnya punya BPJS? Gue
rasa enggak. Lagian, kalo gue mau beramal bukan dengan cara bayar iuran BPJS.
Banyak cara lain untuk beramal yang memang benar-benar dirasakan manfaatnya
sama orang yang tidak mampu.
So, kesimpulannya...perlu gak sih jadi peserta BPJS Kesehatan???
So, kesimpulannya...perlu gak sih jadi peserta BPJS Kesehatan???
No comments:
Post a Comment